... Menulis tentang apa yang saya saksikan dengan MATA, HATI, dan PIKIRAN ke-MELANESIA-an saya di West Papua sebelum menerima salah satu bagian dari hidup yang mutlak, yakni KEMATIAN...

Selasa, Desember 01, 2009

Rakyat Papua Barat di Berbagai Wilayah Rakyakan HUT ke-48 Papua Barat dengan Doa dan Upacara Bendera

Hari ini, Selasa, 1 Desember 2009, rakyat Papua Barat di berbagai belahan dunia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-48 Papua Barat (tanggal 1 Desember 1961-2009). Peringatan HUT Papua Barat tahun ini (2009-red) digelar dalam berbagai bentuk acara. Rakyat Papua yang berada di di se-Jawa dan Bali yang tergabung dalam Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat (F-Pepera-PB) misalnya menggelar dalam bentuk upacara bendera.

Koontributor WPToday Indonesia (Jawa dan Bali) melaporkan, perwakilan rakyat Papua di Jawa dan Bali berkumpul di Yogyakarta menggelar upacara bendera. “Tadi pagi kira-kira pukul 05.00 WIB, perwakilan rakyat Papua mengadakan upacara bendera Bintang Kejora dengan aman sampai pada penurunannya dengan penuh hormat,” katanya.

Sementara, dari Numbay (Jayapura) Papua Barat dilaporkan, ratusan rakyat Papua Barat memperingati 1 Desember di daerah Expo Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura. Namun, aparat kepolisian yang datang ke lokasi dipimpin Kapolsek Abepura AKP Yafet Karafir, menangkap13 orang. Beberapa orang yang sudah diketahui identitasnya adalah Markus Yenu, Pither H., Ham Yesyan, Agus Ayamiseba, Yustus Raway, Sopater Ayomi, Yanes Fonataba. Sementara empat orang yang ditahan di Polsekta Abepura adalah Simon Soren, Nando, Jek Rotemas, dan Arius Glen.

Hingga berita ini ditulis, dilaporkan bahwa kota Jayapura (taman Imbi) dipadati oleh aparat gabungan TNI/Polri dan terus melepaskan tembakan. Seperti dilaporkan WPToday, salah seorang pendemo menegaskan bahwa mereka akan tetap merayakan hari kemerdekaan orang Papua dan merupakan hari yang sakral.

Banyak pihak menilai, penangkapan warga Papua saat merayakan HUT Papua Barat ini tidak sesuai dengan pernyataan Kapolda Papua Brigadir Jenderal Bekto Soeprapto yang dilangsir Tempo, Senin, 30 November 2009. “Peringatan ibadah syukur pada 1 Desember besok sebagai hari ulang tahun kemerdekaan Papua Barat … tak dilarang pihak kepolisian,” demikian Tempo menulis.

Dari Doa dan Refleksi di Nabire: Pembunuhan Terus Berlanjut, Berjuang Terus Sampai Titik Darah Penghabisan
Kontributor WPToday wilayah Nabire Papua melaporkan, ribuan warga Papua Barat di Nabire merayakan HUT ke-48 Papua dengan refleksi dan doa di taman Peringatan HAM dan Kemerdekaan Papua Barat, Taman Gizi Nabire.

Dilaporkan, Pdt. Esebius Pigai dalam pidato politiknya di Nabire mengatakan, pembunuhan manusia dan kemanusiaan Papua Barat (West Papua) terus berlanjut, berjuang terus sampai titik darah penghabisan, yaitu pengakuan kedaulatan bangsa Papua Barat. Papua Barat secara de facto menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka pada 48 tahun silan (tanggal 1 Desember 1961-2009) kepada dunia.

Saat ini, pada ulang tahun yang ke-48 ini, bangsa Papua kembali dan terus berjuang secara damai untuk merebut kembali kedaulatan yang dirampas dengan paksa oleh Indonesia. Kita berjuang bukan kerena lapar tetapi karena kesadaran nasional Papua Barat yang kita pukuk dan menajam hingga tahun yang ke-48 ini. ”

Dia mengatakan, bangsa Papua (anak-anak muda—pelajar, mahasiswa, pemuda) jangan pernah merasa ingin mundur. “Jangan sekali-sekali berpikir untuk mundur sebelum sampai pada tujuan. Pengakuan kemerdekaan Papua Barat adalah hak kita dan segera kita akan raih. Mari, anak-anak muda Papua kita lanjutkan perjuangan ini sampai titit darah penghabisan,” katanya.

Dalam perayaan itu, Dewan Adat Papua Wilayah Mee Pago, Ruben Edowai mengatakan, orang Papua sebagai sebuah bangsa memunyai pengalaman penjajahan yang sungguh mengerikan. “Kita sebagai bangsa memunyai pengalaman dijajah selama 48 tahun ini sungguh mengerikan. Jutaan orang Papua telah dibunuh oleh Indonesia tidak saja secara fisik tetapi juga fisikan dan moral, serta karakter,” katanya.

Katanya, jutaan orang yang telah dibunuh penjajah (Indonesia) tidak sebanding dengan Otonomi Khusus, pemekaran dan lain tawaran-tawaran lain dari Indonesia. “Jutaan orang mati dibunuh oleh Indonesia karena memperjuangkan pengakuan akan kedaulatan kemerdekaan Papua Barat. Mereka mati demi harga kita sebagai bangsa Melanesia di Fasifik Selatan, yakni Papua Barat. Ingat, mereka mati bukan karena perjuangkan Otonomi atau pemekaran. Bukan juga soal makan dan minum,” katanya.

Dia mengatakan, setiap orang Papua yang pura-pura berjuang Papua Merdeka untuk makan dan minum maka akan mati di makan oleh Mama Tanah Papua. “Jutaan orang Papua yang mati itu menyatu dengan Tanah Papua, maka tanah itu akan makan setiap orang menjadi Yudas (menjual kakak, adik, saudara) demi nasi satu piring,” katanya.

“Saya himbau kepada semua orang Papua yang telah menjadi Barisan Merah Putih kembali dan dasarlah bahwa masa depan anak cucumu dan harga dirimu sebagai bangsa Papua kamu bunuh dengan tindakan itu,” kata Ruben.

Pendeta Daud Auwe, dalam kotbahnya mengatakan, perjuangan pengakuan kedaulatan Papua Barat adalah perjuangan kebenaran. Kebenaran adalah kekuatan Allah untuk keselamatan. Kebenaran menopang kesatuan untuk mencapai tujuan perjuangan kita di dunia saat ini maupun di surga.

“Orang yang menjadi Yudas di negeri ini akan dimakan oleh kebenaran. Banyak orang yang sudah mati dan akan mati. Juga, orang yang jual tanah Papua akan mati dimakan oleh tanah. Jadi, persatuan kita dari gunung, pantai, dan lembah dalam kebenaran Allah akan membawa kita pada suatu kemenangan,” katanya.

Dia juga menghimbau, generasi Papua untuk jangan melupakan sejarah. “Sejarah adalah identitas. Dasar untuk kita berdiri sebagai sebuah bangsa di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Anak-anak Papua sekarang perlu belajar kembali sejarah perjuangan Papua Barat, kalau kita tidak belajar sejarah, kita akan kehilangan jati diri sebagai bangsa. Pengalaman kita sebagai bangsa terus akan dijajah oleh bangsa lain,” katanya.

Dari Upacara Makodam Pemka IV Paniai: Kita Harus Rapatkan Barisan untuk Sebuah Kebebasan
Persatuan dan kesatuan sangatlah penting, oleh sebab itu saya himbau kepada seluruh pucuk-pucuk pimpinan TPN/OPM serta orang asli Papua, baik yang ada dalam negeri, maupun di luar negeri untuk segera rapatkan barisan, galang kesatuan, untuk mewujudkan sebuah kebebasan yang telah lama kita cari. Sudah jutaan orang Papua yang meninggal hanya karena mempertahankan kedaulatan kita sebagai sebuah bangsa di muka bumi ini. Sudah saatnya kita bersatu.

Demikian tegaskan Pimpinan Militer pada Devisi II Makodam Pemka IV Paniai, Jenderal Thadius Jhoni Kimema Jopari Magai Yogi, Pimpinan Militer pada Devisi II Makodam Pemka IV Paniai melalui sambungan telepon selulernya kepada kontributor WPToday Rabu, (01/12).

Pernyataan itu disampaikan Yogi usai upacara peringatan HUT ke-48 Papua Barat di markasnya Eduda, Paniai. Katanya, upacara bendera tahun ini dihadiri oleh ribuan TPN/OPM. “Tahun ini tidak seperti biasanya, ribuan TPN/OPm dari Makodam Pemka IV Paniai hadir semua,” kata Yogi.

Dia mengatakan, Bangsa Papua Barat telah di jajah oleh Indonesia terlalu lama. Kini saatnya Indonesia mengakui dosa-dosanya seraya mengakui kedaulatan kami bangsa Papua Barat. Tanah Papua diciptakan untuk orang Papua, bukan untuk orang Indonesia. Ini hukumnya wajib, dan perlu diketahui oleh Indonesia.

“Orang Papua Barat sudah tidak mau lagi hidup dengan Indonesia, karena perlakuan negara Indonesia terhadap rakyat Papua sangat-sangat jahat. Oleh sebab itu, Indonesia harus segera mendengar jeritan hati rakyat Papua, terutama TPN yang telah lama hidup di hutan untuk menanti sebuah jawaban pasti tentang nasib rakyat Papua,” kata Yogi.

Dia (Yogi) mengatakan, PBB harus bertanggung jawab terhadap semua persoalan yang terjadi di Papua. “PBB sebagai badan yang mengatur segala persoalan di dunia harus mendegar tangisan dan jeritan rakyat Papua Barat, jangan dengar negara Indonesia yang tukang tipu. Orang Papua tidak pernah menginginkan ikut Indonesia. PBB Harus responi ini, karena ini lahir dari kerinduan hati seluruh orang Papua Barat,” urainya.

Dalam arahanya pada upacara HUT Papua, Jenderal Thadius Yogi membacakan himbaun resmi dari pusat Dewan Militer bangsa Papua untuk pucuk-pucuk pimpinan maupun kepada segenap rakyat Papua Barat. Pont-point himbauan itu adalah:
Pertama: Tentara Pembebasan Nasional (TPN), dimana saya sendiri sebagai ketua Dewan Militer menyatakan sangat siap untuk tetap mempertahankan Markas dalam masa transisi. Dan saya harap jangan dengar omongan yang tidak bertanggung jawab dari siapa pun, terutama dari negara Indonesia tentang kedudukan maupun peran kerja TPN di mana pun berada.

Kedua: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai sebuah badan yang bertanggung jawab terhadap segala konflik di dunia Internasional, termasuk Indonesia dan Papua, segera memerhatikan kesengsaraan yang di derita rakyat Papua, serta jangan mendengar omongan yang tidak bertanggung jawab dari negara Indonesia.

Ketiga: Komponen-komponen, fraksi-fraksi serta organisasi-organisasi yang ada di luar negeri maupun dalam negeri segera rapatkan barisan, bulatkan tekad, serta satukan persepsi untuk sebuah tujuan mulia. Jangan mengurusi kepentingan pribadi sendiri, tetapi mari kita bersama-sama memikirkan nasib rakyat Papua Barat yang telah lama dijajah oleh NKRI.

Keempat: Dalam waktu dekat, segera mengadakan dialog antara Indonesia-Papua, dan yang harus menjadi mediator adalah dunia Internasional, dalam hal ini lebih baik PBB sendiri yang mengambil peran. Ketika dialog terwujud dan saat itu pula kita akan melihat siapa yang benar dan salah.

Kelima: Dengan nada yang keras, kami dari TPN/OPM Devisi II Makodam Pemka IV Paniai meminta agar Indonesia segera melapaskan bangsa Papua, ras Melanesia tanpa syarat, karena Indonesia tidak berhak atas tanah Papua. Tuhan sudah menganugerahkan tanah ini untuk bangsa Papua bukan untuk bangsa Indonesia. ***





Tidak ada komentar:

----------------------------------------------------------------------------------------
Perjuangan pembebasan nasional Papua Barat bukan perjuangan melawan orang luar Papua (Jawa, Batak, Toraja, Makassar, Ambon dan lainnya) tetapi perjuangan melawan ketidakadilan dan pengakuan akan KEMANUSIAANNYA MANUSIA PAPUA BARAT DI ATAS TANAH LELUHURNYA.Jadi, Merdeka bagi orang Papua adalah HARFA DIRI BANGSA PAPUA BARAT!