... Menulis tentang apa yang saya saksikan dengan MATA, HATI, dan PIKIRAN ke-MELANESIA-an saya di West Papua sebelum menerima salah satu bagian dari hidup yang mutlak, yakni KEMATIAN...

Sabtu, Desember 19, 2009

Selamat jalan, Kelly: Ajakan Prosesi Penguburan di Seluruh Papua dan Dimana Saja

Oleh Octovianus Mote*)

Kelly, kita belum perna saling kenal, walau kita berkali-kali saling kontak.

Engkau menyaksikan dari Surga betapa rasa kehilanganku sejak aku diberitahukan bahwa Pasukan kolonial yang bengis itu membanjiri tubuhmu dengan sejumlah peluruh. Bukan saja dipaha sebagaimana pengakuan Komandan Polisi Papua yang terkenal akan kebengisannya itu tetapi lebih dari 8 lubang mengaga di sekujur tubuhmu. Saatnya, engkaupun akan menyaksikan bagaimana pasukan kolonial yang bersepakat menghabiskan nyawamu dimintai pertanggungjawabann ya oleh Allah Bapak kita di Surga.

Kata-kata penghiburan dari mereka yang mengenal kedekatan kita belum lagi menenangkan kegundaan hatiku. Dari kejauhan seorang ibu berkata: "Anakku, habiskanlah beberapa hari dirumah, tidak usah keluar kerja dan hentikan aktivitas lainnya, berkabunglah atas keperginaanya. .. lain lagi tegur sapa temanku seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Amerika. "ipar, sarankan rakyat agar saat penguburan seluruh bangsa papua mengatarnya ketempat peristrahatan yang terakhir. nyalahkanlah lilin perdamaian, tidak usah aksi kekerasaan yang lain namun tunjukkanlah kepada dunia, bahwa ia memang seorang Pejuang yang sangat Luar biasa".. Jangan lupa ipar, kelly itu orang besar jadi usahakan agar seluruh rakyat papua di berbagai kota perlu antar perjalanannya dengan damai".

betul ipar, dia memang pemimpin bangsa kami. seorang pemimpin yang tidak mencari nama diri sendiri, apalagi harta ataupun jabatan. Dia sadar akan panggilannya yakni sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional, Organisasi Papua Merdeka. Sekalipun ia seorang tentara sejati, yakni perang sebagai jalan menuju kemerdekaan, kelly pun mendukung dialog kalau hal itu bisa memerdekakan bangsa papua. engkau tidak menikmati susu dan keju, emas dan berlian dari kekayaan alam kampung halamanmu. Engkau menolak tawaranku untuk serahkan senjata kepada penggantimu, serahkan diri dan menikmati hari tuamu.

Seminggu sebelum engkau pergi untuk selamanya, sebagaimana biasa, engkau menceritakan rencanamu. sebagaimana biasa, saya ingatkan agar hati-hati dengan jebakan kolonial Indonsia yang perilakunya menunjukkan akan eksistensi mereka sebagai keturunan ular beludak. dengan kepala mereka bicara mempergunakan kata-kata yang halus dan sikap yang sangat ramai sebagai teman tetapi dengan ekor mereka menyerang dengan gigitan yang mematikan. sebagaimana biasa, engkau tidak menghiraukan kekhawatiranku dengan berkata: "saya akan lakukan semua ini hanya untuk Papua Merdeka, lain tidak". Mote ingat hanya untuk Papua Merdeka, demikian engkau menegaskan seakan saya tidak mendengarmu.

Kata-katamu itu terus menggemah ditelingaku. Engkau katakan : "Saya tidak akan membunuh orang, cuma mau menaikkan bendera Bintang Kejora secara damai. Saya sudah bicara dengan penjaga keamanan, polisi dan orang putih yang sekarang menjadi tentara bayaran yang jaga Freeport. Mote, mereka janji akan melindungi aksi damai yang saya akan lakukan. orang-orang putih itu bahkan berjanji hendak perang lawan tentara Indonesia". mendengar itu, saya gelisah dan menghubungi berbagai teman di dalam dan luar negeri. cari jalan untuk ingatkan bahwa itu jebakan, tetapi juga berusaha mengecek komplotan pasukan asing dan polisi serta tentara dan mungkin juga saudara kita sendiri yang menjebakmu ke kandang pembantaian. mendengar kegelisahaan itu, Kaka John Otto Ondowame dari Asutralia pun berjanji, adik saya juga akan telpon kedalam....

Terlambat... .. Sekarang tidak mungkin lagi aku mendengar suaramu melalui telepon internasional. kini, kita tidak bisa lagi bercanda saat membicarakan sejumlah anak negeri Papua yang mengaku diri pejuang tetapi berhamba kepada kolonial. saya kagum akan sikapmu yang tidak perna menghina keputusan mereka, termasuk yang menghianati dirimu kecuali berkata mereka juga anak adat. Lebih dari 40 tahun, engkau bertahan di hutan menuju tanah terjanji hanya dengan bermodalkan anak panah. kebesaran namamu yang sudah kudengar sejak saya duduk di bangku SMP Santo Paulus Abepura (1977), akan tetap terpatri dalam sanuhbariku. Kegagahanmu dalam menjawab 42 pertanyaan tertulis kami, wartawan Kompas (1996) saat engkau menyandera Tim Ekspedisi Internasional yang menggemparkan dunia itu akan selalu ku ingat. kemarahan dan caci makimu ditelpon menyaksikan pejuang sipil di perkotaan dan di forum internasional akan ku kenang tatkalah mendengarkan kaset rekaman yang engkau
kirim saat saya mencoba melakukan rekonsiliasi antara pemimpin orang Papua di Belanda pada awal tahun 2000.

Pasukan kolonial dari kesatuan Brimob Anti Terror yang dibiayai Amerika dan Australia mampu membinasakan tubuhmu. Komplotan Amerika-Australia dan Indonesia itu memang mampu mempergunakan uang hasil rampasan dari emas, tembaga dan aneka logam lainnya yang dicuri dari tanah kelahiranmu, Amungsa melalui PT Freeport Indonesia. Tetapi mereka tidak akan mampu membunuh jiwa perjuanganmu yang akan terus berkobar melalui anak-anak negeri lainnya. Ibarat Kristus, pasukan kolonial Romawi menghabiskan nyawanya sambil ketawa, penguasa Yahudi yang merasa terancam merasa aman karena mengira mampu membunuh ajarannya.

Sayang yang terjadi adalah sebaliknya. Sebagaimana Yesus yang tidak berdaya menghadapi algojo-algojo itu dan menerima siksaan itu dengan sabar. Ia terima semua itu sebagai bagian dari pemenuhan rencana Tuhan dalam menyelamatkan anda, saya dan kita semua. Ajarannya tidak hilang melainkan berkembang secara luar biasa bukan lagi sebatas kekuasaan kolonial romawi apalagi tanahh Israel, tetapi keseluruh dunia. Engkaupun hadi algojo Indonesia dengan gagah perkasa, hanya didampingi seorang ibu dan anak kecil serta tiga orang lainnya yang tidak bersenjata. Pasukan itu tidak hendak menangkapmu, sebagaimana diobral Komandan Polisi Papua, tetapi mereka sudah menunggu untuk membunuhmu. Yang mereka lupa adalah cita-cita dan perjuanganmu tidak bisa mereka hentikan sebatas nafas hidupmu melainkan akan terwujud dan Papua akan MERDEKA.

Mereka, pasukan kolonial Indonesia dan asing serta pendukungnya sepakat untuk menjadikan dirimu sebagai kambing hitam atas berbagai kejahatan yang terjadi di Timika dalam berbagai aksi kekerasan yang menewaskan orang-orang sipil tidak berdosa. Tetapi mereka lupa, bahwa kebenaran tidak bisa ditutupi, keadilan akan terwujud. Mereka tidak akan mampu menghapus keserakahan dalam memperebutkan aliran duit dari Freeport dan akan terus merenggut nyawa-nyawa tidak berdosa lainnya. akan tibah saatnya bagi si algojo-algojo itu untuk sadar bahwa kelly bukan kambing hitam, melainkan seorang Panglima Papua Merdeka yang memperjuangkan hak dan nasib bangsanya secara jujur dengan mengutamakan cara damai yakni sekedar mengibarkan Bintang Kejora menanti pengakuan internasional.

Kelly, selamat jalan. Kini tidak ada lagi yang bisa menghalangi dirimu mengibarkan Bintang Kejora didepan sang Bintang Kejora yakni Yesus Kristus.

Kepada Bangsa Papua dimanapun anda berada, marilah kita mengantar Pahlawan kita ke tempat istrahatnya dengan TURUN JALAN, NYALAHKAN LILIN PERDAMAIAN DISELURUH PAPUA. LAKUKAN DOA DI BERBAGAI TEMPAT DAN GEREJA. WARTAKAN AKSI DAMAI DITEMPAT ANDA MASING-MASING. MARI KITA TUNJUKKAN BAHWA BANGSA PAPUA ADALAH BANGSA BESAR YANG TAHU HORMATI PAHLAWANNYA.

*) Hamden, Connecticut, Amerika Serikat, 19 Desember 2009.

Tidak ada komentar:

----------------------------------------------------------------------------------------
Perjuangan pembebasan nasional Papua Barat bukan perjuangan melawan orang luar Papua (Jawa, Batak, Toraja, Makassar, Ambon dan lainnya) tetapi perjuangan melawan ketidakadilan dan pengakuan akan KEMANUSIAANNYA MANUSIA PAPUA BARAT DI ATAS TANAH LELUHURNYA.Jadi, Merdeka bagi orang Papua adalah HARFA DIRI BANGSA PAPUA BARAT!