... Menulis tentang apa yang saya saksikan dengan MATA, HATI, dan PIKIRAN ke-MELANESIA-an saya di West Papua sebelum menerima salah satu bagian dari hidup yang mutlak, yakni KEMATIAN...

Senin, Juli 13, 2009

Patroli TNI/Polri Berlebihan, Warga Sipil Papua Resah

(Mahasiswa Papua yang Kritis Terus Dikejarn Aparat)

Numbay--Dari berbagai daerah di Papua melaporkan, aparat gabungan TNI dan Polri terus melakukan tekanan dan tindakan kekerasan terhadap warga sipil pasca berbagai insiden akhir-akhir ini di tanah Papua.

Dari Enarotali, Yosep melaporkan, aparat gabungan terus melakukan patroli tidak seperti biasa. Katanya, patroli itu disertai tindakan tekanan terhadap warga sipil. “Perubahan situasi ini meresahkan warga. Sekarang, kota Enarotali Paniai tidak seperti biasanya,: kata Yosep.

Hal serupa dialami juga warga sipil Papua di Timika. “Pasca insiden penembakan satu warga Negara Australia di PT Freeport Indonesia, situasi benar-benar menakutkan. Orang-orang semua takut keluar, karena TNI dan Polri jalan keliling malan dengan membawa senjata api.

Katanya, mereka mau mengejar Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM), tetapi nyatanya mereka intimidasi dan terror warga sipil di kota-kota. Maka, mama takut ke pasar untuk mencari uang biaya anak-anak mereka. Padahal, saat-saat ini mereka butuh uang untuk anak-anak mereka yang mulai masuk sekolah dengan berbagai pungutan.

Melalui telepon selulernya, dari Nabire, Fidel mengatakan, aparat gabungan TNI/Polri akhir-akhir ini terus melakukan patroli pada malam hari. “Kami melihat, situasi ini tidak seperti biasaya. Dulunya, mama biasa jualan sampai pukul 19.00 waktu Papua tapi sekarang tidak. Kalau sudah jam 17.30, mama pulang cepat. Kata mama-mama, situasi tidak aman,” kata Fidel menirukan.

Sementara, dari Jayapura dilaporkan, aparat masih terus terus melakukan pengejaran terhadap mahasiswa Papua. “Mahasiswa hingga saat ini masih berada di hutan-hutan. Mereka terus dikejar. Di kampus-kampus penuh dengan intelijen, padahal kampus sudah mulai masuk untuk pendaftaran ulang dan lain-lain.,” kata Nando.

Nando mengharapkan, perlu ada tanggapan atau respon dari pemerintah daerah atau masyarakat. “Mahasiswa yang dikejar inikan anak-anak Papua asli yang siap membangun Papua ke depan. Kalau dibiarkan, siapa yang akan membangun Papua. Kami harap aparat keamanan perlu memberikan kepastian keamanan terhadap mahasiswa Papua,” katanya.

Dia juga menyoal, kampus-kampus di Papua justru dikuasai oleh intelijen dari berbagai satuan. “Kampus di Papua, apalagi di Uncen penuh dengan intel. Lalu, bagaimana kebebasan ekspresi dan demokrasi itu akan tercipta, kalau dimata-matai terus begini. Pihak kampus juga diam saja. Tidak ada pembelaan. Kami harap perlu ketegasan akan soal itu, kalau memang kampus adalah tempat membangun manusia kritis. Kalau hanya membangun manusia-manusia budak ya tidak papa,”kata Nanda prihatin.***

Tidak ada komentar:

----------------------------------------------------------------------------------------
Perjuangan pembebasan nasional Papua Barat bukan perjuangan melawan orang luar Papua (Jawa, Batak, Toraja, Makassar, Ambon dan lainnya) tetapi perjuangan melawan ketidakadilan dan pengakuan akan KEMANUSIAANNYA MANUSIA PAPUA BARAT DI ATAS TANAH LELUHURNYA.Jadi, Merdeka bagi orang Papua adalah HARFA DIRI BANGSA PAPUA BARAT!