... Menulis tentang apa yang saya saksikan dengan MATA, HATI, dan PIKIRAN ke-MELANESIA-an saya di West Papua sebelum menerima salah satu bagian dari hidup yang mutlak, yakni KEMATIAN...

Selasa, Oktober 19, 2010

Kronologi Membunuhan Pdt. Kindeman Gire oleh Tentara Indonesia


Militer Indonesia kembali menyiksa dan menembak mati pendeta Kindeman Gire pada pada Rabu, 17 Maret 2010 (pada pukul 15.00) waktu setempat di Kalome Distrik Tingginambut Kabupaten Puncak Jaya, Papua Barat.

Kindeman adalah seorang hamba Tuhan Gembala Sidang Gereja GIDI Toragi distrik Tingginambut. Satu minggu sebelum pembunuhan korban bersama jemaat mengirim uang lewat Air Gire ke Wamena untuk membelikan bensin 15liter untuk kepentingan bela kayu bangun gereja.

Air Gire mengirim berita kepada korban agar jaga-jaga (tunggu) di jalan karena dia akan mengirimkan besin tersebut lewat kendaraan yang akan lewat agar. “Bensin saya akan titip lewat mobil yang lewat, jadi kamu tunggu mobil yang lewat di jalan. Jangan sampai kelewatan,” kata Air Gire berpesan.

Dalam waktu yang sama seorang Gembala bernama Pitinius Kogoya juga menitipkan sejumlah uang kepada seorang sopir mobil ekstrada (L200) untuk dibelikan minyak goreng di Wamena. Ketika, nanti kembali ke Puncak Jaya agar tolong dibawakan. Kogoya juga jaga dijalan untuk menunggu titipannya yang akan dibawakan dari Wamena oleh seorang sopir bernama Yakop (orang Toraja) yang sudah cukup kenal dengan P. Kogoya.

Dalam waktu yang sama Pdt. Kindeman Gire (korban) lebih awal berada di jalan menunggu kiriman. Ketika itu, Pasukan TNI Yonif 756 dari distrik Ilu lewat dan bertemu dengan korban dan bertanya kepadanya. Pertanyaan-pertanyaan intimindasi bahwa kamu tau Gorobak atau pernah lihat gorobak..? (tidak tahu apa maksudnya arti dari gorobak itu). Lalu korban menjawabnya saya tahu (dengan bahasa Indonesia yang kaku). Lalu kamu tinggal di mana? Saya tinggal di Kalome.

Selanjutnya, tentara membuka Magasen lalu mengeluarkan peluru dan tunjuk dan bertanya kepada korban apakah kamu tau ini...? Apa kamu tau tempat penyimpanan senjata? Apakah kamu ada simpan di rumah ...? Korban senyum campur ketakutan karena ditodong senjata.

Ketika pertanyaan ini terus bertubi-tubi maka muncullah secara tiba-tiba yang menjadi saksi dalam pembunuhan Pdt. Kindeman Gire ini, yakni seorang hamba Tuhan, Pitinius Kogoya. Ternyata dia juga ditangkap oleh kelompok tentara tersebut. “He kamu cari apa? Pitinius Kogoya menjawab: Ah saya ada titip uang sama sopir waktu berangkat ke Wamena untuk belikan minyak goreng jadi saya datang cek mobil yang masuk dari Wamena. Pertanyaan berikut, Apakah kamu tahu peluru..? Apakah kamu tahu senjata..?. Di mana tempat persembunyian OPM? Dia menujukkan tempat di sebelah bukit dan katanya, “Kami biasa mendengar mereka ada di sana. Tapi, kami tidak tahu tempatnya dan belum pernah ketemu mereka”.

Pada saat itu sudah pukul 14.30 WIB waktu setempat. Korban dan saksi dipisahkan. Jarak antara mereka 2 sampai 3 meter lalau menyiksa mereka berdua dalam dua kelompok berbeda sampai jam 17.00 sore. Terlihat buka mereka bengkak dan menghitam.
Pada saat pukul 15.00 sore itulah saksi Pitinius Kogoya didorong oleh anggota Tentara lain berdiri bagian atas posisi ketinggian dan langsung lompat diposisi rendah bagian bawah badan jalan lompat menginjak satu anggota yang berdiri diposisi kemiringan merayap masuk dalam semak-semak dan melarikan diri. Ketika itulah korban atas nama Pdt. Kindeman Gire ditembak dengan Senjata 2 kali. Hingga saat ini jasad korban belum ditemukan.

Video: http://www.facebook.com/profile.php?id=100000117939311&ref=profile&v=info#!/video/video.php?v=139222449458338




Tidak ada komentar:

----------------------------------------------------------------------------------------
Perjuangan pembebasan nasional Papua Barat bukan perjuangan melawan orang luar Papua (Jawa, Batak, Toraja, Makassar, Ambon dan lainnya) tetapi perjuangan melawan ketidakadilan dan pengakuan akan KEMANUSIAANNYA MANUSIA PAPUA BARAT DI ATAS TANAH LELUHURNYA.Jadi, Merdeka bagi orang Papua adalah HARFA DIRI BANGSA PAPUA BARAT!