Rabu, Mei 19, 2010
Moncong Senjata Tak Bisa Membunuh Idealisme Papua
Penembakan warga sipil oleh gabungan aparat Keamanan di Kabupaten Puncak Jaya, tidak akan membunuh idelisme dan nasionalis Papua. Penilaian itu seperti dilontarkan, Duma Socratez Sofyan Yoman menanggapi adanya penembakan seorang warga yang dianggap OPM di Puncak Jaya.
Socratez yang selalu hadir dengan kritikan pedas kepada pemerintah Indonesia ini, kepada Media ini melalui pres realisnya yang diterima malam kemarin, mengatakan pihaknya sangat prihatin dan menyesalkan sikap aparat keamanan yang menewaskan umat Tuhan dengan diembeli stigma OPM di Puncak Jaya.
“Label terhadap rakyat itu adalah cara lama yang sudah tidak relevan lagi di era sekarang. Bukan saatnya lagi otot dan moncong senjata berbunyi tapi otak hati dan mulut yang berbicara demi kemanusian, keadilan, hak asasi manusia dan kesetaraan,” saran Pendeta yang sering disebut sebagai pendeta separatis ini. Cara-cara aparat keamanan seperti ini, ragu Socratez, tidak akan mampu untuk memberikan jaminan bahwa keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini bisa terjaga dengan baik akan tetapi justru sebaga senjata yang kuat untuk memecahkan NKRI.
“Tidak harus dengan cara membunuh dan menumpahkan darah umat Tuhan, sudah bukan masanya lagi,” singgung Socratez. Socratez mengingatkan pihak-pihak terutama pihak keamanan yang selama ini ada di Tanah Papua untuk tidak terpesona dengan keberhasilan-keberhasilan menumpas keinginan masyarakat Papua yang notabene sejak integrasi sudah menginginkan terlepas dari NKRI.
“Perlu diingat dan jangan lupa ialah manusia Papua dibunuh terus tetapi ideology dan nasionalisme tetap hidup selamanya,” ungkapnya. Aparat keamanan, sebutnya, harus menghentikan kekerasan dan kekejaman yang berlangsung hamper 45 tahun di atas tanah Papua. Karena pendekatan kekerasan keamanan tidak menyelesaikan masalah tapi justru melahirkan masalah baru yang lebi berat. “Saatnya solusi damai yang ditempuh untuk menyelesaikan masalah Papua dan mengakhiri kekerasan di atas tanah Papua,” tutup Socratez.***
Socratez yang selalu hadir dengan kritikan pedas kepada pemerintah Indonesia ini, kepada Media ini melalui pres realisnya yang diterima malam kemarin, mengatakan pihaknya sangat prihatin dan menyesalkan sikap aparat keamanan yang menewaskan umat Tuhan dengan diembeli stigma OPM di Puncak Jaya.
“Label terhadap rakyat itu adalah cara lama yang sudah tidak relevan lagi di era sekarang. Bukan saatnya lagi otot dan moncong senjata berbunyi tapi otak hati dan mulut yang berbicara demi kemanusian, keadilan, hak asasi manusia dan kesetaraan,” saran Pendeta yang sering disebut sebagai pendeta separatis ini. Cara-cara aparat keamanan seperti ini, ragu Socratez, tidak akan mampu untuk memberikan jaminan bahwa keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini bisa terjaga dengan baik akan tetapi justru sebaga senjata yang kuat untuk memecahkan NKRI.
“Tidak harus dengan cara membunuh dan menumpahkan darah umat Tuhan, sudah bukan masanya lagi,” singgung Socratez. Socratez mengingatkan pihak-pihak terutama pihak keamanan yang selama ini ada di Tanah Papua untuk tidak terpesona dengan keberhasilan-keberhasilan menumpas keinginan masyarakat Papua yang notabene sejak integrasi sudah menginginkan terlepas dari NKRI.
“Perlu diingat dan jangan lupa ialah manusia Papua dibunuh terus tetapi ideology dan nasionalisme tetap hidup selamanya,” ungkapnya. Aparat keamanan, sebutnya, harus menghentikan kekerasan dan kekejaman yang berlangsung hamper 45 tahun di atas tanah Papua. Karena pendekatan kekerasan keamanan tidak menyelesaikan masalah tapi justru melahirkan masalah baru yang lebi berat. “Saatnya solusi damai yang ditempuh untuk menyelesaikan masalah Papua dan mengakhiri kekerasan di atas tanah Papua,” tutup Socratez.***
----------------------------------------------------------------------------------------
Perjuangan pembebasan nasional Papua Barat bukan perjuangan melawan orang luar Papua (Jawa, Batak, Toraja, Makassar, Ambon dan lainnya) tetapi perjuangan melawan ketidakadilan dan pengakuan akan KEMANUSIAANNYA MANUSIA PAPUA BARAT DI ATAS TANAH LELUHURNYA.Jadi, Merdeka bagi orang Papua adalah HARFA DIRI BANGSA PAPUA BARAT!
Perjuangan pembebasan nasional Papua Barat bukan perjuangan melawan orang luar Papua (Jawa, Batak, Toraja, Makassar, Ambon dan lainnya) tetapi perjuangan melawan ketidakadilan dan pengakuan akan KEMANUSIAANNYA MANUSIA PAPUA BARAT DI ATAS TANAH LELUHURNYA.Jadi, Merdeka bagi orang Papua adalah HARFA DIRI BANGSA PAPUA BARAT!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar